Potensi Ternak Kambing PE sebagai Sumber Pendapatan dan Protein Hewani Bagi Masyarakat Endrekang Sulawesi Selatan

Authors

  • Sri Firmiaty Universitas Bosowa
  • Bestfy Anitasari Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada
  • Asbar Universitas Muhammadiyah Endrekang

DOI:

https://doi.org/10.33292/ocsj.v1i2.14

Keywords:

Dual purpose, Kambing PE, Pengabdian, Pertumbuhan

Abstract

Desa Benteng Alla’ Utara merupakan wilayah di dataran tinggi Enrekang Sulawsesi Selatan bersuhu 19-22oC yang subur, penghasil bawang merah, sayuran maupun kopi dengan hamparan hijauan yang terbentang luas tidak tergantung musim. Masyarakat di wilayah ini bekerja sebagai petani dan peternak. Kambing merupakan salah satu ternak yang dibudidayakan oleh hampir semua penduduk desa secara turun temurun dengan metoda semi intensif yaitu pagi hari dilepas dan sore hari dikandangkan. Jenis kambing PE banyak dipelihara di Desa ini karena merupakan jenis dual purpose yaitu penghasil daging dan susu. Ternak kambing termasuk jenis prolific, mampu bereproduksi dengan cepat menghasilkan keturunan.  Selain itu, daging kambing PE memiliki nilai gizi yang tinggi sebagai sumber nutrisi bagi kesehatan. Akan tetapi di Desa Benteng Alla’ Utara, jumlah ternak kambing hanya  mencapai 234 ekor dengan estimasi 7-8 ekor per kepala keluarga. Jumlah ini terbilang sedikit. Permasalahan yang dihadapi peternak adalah  penyakit cacingan dan kejadian abortus tinggi pada kambing bunting dan keraguan untuk mengkonsumsi daging kambing. Guna mengatasinya, maka tim pengabdi melakukan kegiatan penyuluhan tentang budidaya ternak kambing yang baik serta manfaat daging kambing bagi kesehatan. Didapatkan bahwa para peternak memahami budidaya kambing yang baik dan manfaat mengkonsumsi daging kambing. Berdasarkan hasil pengamatan untuk budidaya ternak kambing terdapat peningkatan pengetahuan dari 70% menjadi 95% yaitu sebesar 30%, sedangkan untuk manfaat daging kambing dari 42% menjadi 98% sebesar 56%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peternak mampu memperbaiki teknik budidaya kambing PE dan konsumsi daging kambing dapat meningkat di kalangan masyarakat Desa Benteng Alla Utara.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Sri Firmiaty, Universitas Bosowa

Department of Farm, Universitas Bosowa, Makassar, Indonesia

Bestfy Anitasari, Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada

Department of Nursing, Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada, Palopo, Indonesia

Asbar, Universitas Muhammadiyah Endrekang

Department of English Language, Universitas Muhammadiyah Endrekang, Indonesia

References

Atabany, I. A. (2021). Panduan Sukses Beternak Kambing Peranakan Etawah. PT Penerbit IPB Press.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Endrekang. (2019). Kecamatan Baroko dalam Angka. BPS Kabupaten Enrekang.

Batubara, A., M. Doloksaribu, & B. Tiesnamurti. (2014). Potensi Keragaman Sumberdaya Genetik. Prosiding Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi Untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional. 206–14.

Budiarsatria, I.G.S. dan Udeo, H.M.J. (2012).Goat-Based Aid Programme in Central Java: “An Effective Intervation for the Poor and Vulnerable?”. Small Rumin. Res. 109: 76-83.

Cholissodin, I., Sutrisno, A. A. S., Hanum, L., & Caesar, C. A. (2017). Optimasi Kandungan Gizi Susu Kambing Peranakan Etawa (PE) Menggunakan ELM-PSO Di UPT Pembibitan Ternak Dan Hijauan Makanan Ternak Singosari-Malang. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) p 2355, 7699.

Diknaskeswan NTB. (2020). Fakta Nutrisi Dibalik Daging Kambing. http://disnakkeswan.ntbprov.go.id/

Gunawan, H. (2013). Prospek Usaha Penggemukan Kambing Potong. Pustaka Baru Press.

Hamdan, A., Purwanto, B.P., Astuti, D.A., Atabany, A., Taufik, E. 2018. Respon Kinerja Produksi Dan Fisologis Kambing Peranakan Ettawa Terhadap Pemberian Pakan Tambahan Dedak Halus Pada Agroekosistem Lahan Kering Di Kalimantan Selatan. Jurnal Pengkajian dan Perkembangan Teknologi Pertanian.volume 21. No.1 .

Kostaman, T., and I. K. Sutama. (2006). Korelasi Bobot Badan Induk dengan Lama Bunting, Litter Size, dan Bobot Lahir Anak Kambing Peranakan Etawah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 522–2

Sulaksana I. (2008). Pertumbuhan Anak Kambing Peranakan Etawah (PE) Sampai Umur 6 Bulan di Pedesaan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, Vol. XI. No.3. 112-117

Sumardianto, T. A. P., Purbowati, E., & Masykuri, M. (2013). Karakteristik karkas kambing kacang, kambing peranakan ettawa, dan kambing kejobong jantan pada umur satu tahun. Animal Agriculture Journal, 2(1), 175-182

Susilowati, D. R., Utami, S., dan Suratim, H. A. (2013). Nilai Berat Jenis dan Total Solid Susu Kambing Sapera di Cilacap dan Bogor. Jurnal Ilmiah Peternakan, Vol. 1, No. 3, 1071-1077.

Sutama, I.K. dan Budiarsana, I.G.M. (2007). Panduan Lengkap Kambing dan Domba. Penebar Swadaya: Jakarta

Suyandi. (2019). Pengendalian Cacingan pada Ternak Kambing. https: cybex.pertanian.go id.

Syukur, A. dan Suharno, B. (2014). Bisnis Pembibitan Kambing. Penebar Swadaya: Jakarta.

Downloads

Published

2022-06-06

How to Cite

Firmiaty, S., Anitasari, B., & Asbar. (2022). Potensi Ternak Kambing PE sebagai Sumber Pendapatan dan Protein Hewani Bagi Masyarakat Endrekang Sulawesi Selatan. Open Community Service Journal, 1(2), 104–110. https://doi.org/10.33292/ocsj.v1i2.14